Kau dan Aku Seperti Mencoba Membirukan Senja yang Merah, Kita Sama-sama Berusaha Tapi Tak Bisa Merubah Apa-apa

Aku yang akan pergi bila kau enggan memilih,cintaku ini bukan seperti tempat persinggahanmu”. Mungkin kau bertanya “untuk apa aku menulis ini?” Jika kau mengira untuk mencuri perhatianmu tentu tidak, jika kau mengira ini untuk mendramatisir keadaan tentu juga tidak. Sama sekali tidak aku menulis ini karena rindu, pernahkah kau merasakannya? Aku harap kau merasakannya walau hanya semalam, setidaknya kau tau bagaimana mudahnya aku tertawa lalu menangis.

Aku masih ingat ketika pertama kali aku melihatmu, kita terlihat canggung dan tersenyum sesudahnya. Tapi itu dulu, hehe.
Saat ini aku sedang berada di titik terjenuh, dimana ingin jauh tapi tak bisa namun tetap mendekat tapi tak sanggup. Kau membuatku merasa berharga dan dihargai, kau membuatku merasa patut diperjuangkan, bukan menanti bahkan meminta. Tapi maaf, maaf atas sikapku yang kekanak-kanakan, maaf jika aku selalu berdramatisir terhadap segala masalah. Lagi-lagi aku terlambat menyadarinya, tempatku dihatimu sudah ada yang menggantikan.

Aku pikir keadaan akan jauh lebih baik, faktanya tidak. Sulit, sulit sekali aku harus cepat keluar di zona seperti ini. Kau dan aku seperti mencoba membirukan senja yang merah, kita sama-sama berusaha tapi tak bisa merubah apa-apa. Senja tetap berwarna merah dan hatiku tetap berkata tidak bisa. Haruskah aku mengulang kesalahanku dulu? Salah memilih seseorang yang menurutku mampu membahagiakanku dan pantas untuk aku sayang. Harus?

Aku tau kau bukan orang jahat, hidup itu manis bagai lollipop yang aku beli disebuah tempat dan kadang seperti kulit manggis yang tak sengaja ku makan karena terlalu asik memakan buahnya, pahit. Dan kau telah berhasil menjadi keduanya dalam waktu yang bersamaan. Aku heran kenapa kau sulit sekali melepasku, padahal dia jauh lebih baik. Dia tak sekanak-kanak diriku, tak secemburu diriku ketika mendengar nama-nama itu.

Lantas untuk apa aku tetap kau genggam jika dia kau rangkul bersamaan? Apakah kau tak sadar situasi ini sangat menyakitkan? Aku terluka, kau dan dia juga merasakan hal yang sama. Bukan aku tak ingin menggengammu juga, dulu aku melepaskan sang penghibur untuk yang lain aku percaya jika melepaskan orang baik akan mendapat yang lebih baik, dan aku telah mendapatkanmu.

Sekarang mungkin aku harus melepaskan orang yang lebih baik itu untuk mendapatkan yang jauh lebih baik, aku tak tau rencana Tuhan, tapi aku percaya tuhan adil.

Jika aku harus memberikan kebahagiaanku untuk wanita itu, Tuhan akan memberiku kebahagiaan yang lebih entah dari siapa perantaranya akupun tak tau. Aku titip kau pada tuhan. Aku berdoa agar kau menjadi pribadi yang lebih dewasa walau nanti ketika kau berubah bukan aku yang berada disampingmu lagi. Bukan aku yang memarahimu ketika kamu salah jalan, aku doakan kau bahagia bersamanya, bersama yang kau rangkul saat ini.

Tugasku sudah cukup, tugasku kini pergi lalu menghilang. Bukankah tak saling mengenal akan lebih baik, mungkin? Haha aku becanda. “Lantas kenapa kita tidak menyerah saja? Bukankah sejak awal semuanya sudah jelas. Akhir bahagia bukan milik kita.”

Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel