Demi Belajar Online, Siswi Ini Rela Panas-panasan demi Dapat Sinyal
Jumat, 05 Juni 2020
Edit
Pandemi Corona yang melanda dunia benar-benar membuat segala aktivitas menjadi terganggu ya Bunda. Pekerja kantor, pedagang, bahkan proses belajar dan mengajar pun turut terkena imbasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu kebijakan untuk mencegah penyebaran COVID-19 adalah dengan mengizinkan warganya bekerja atau belajar di rumah selama waktu tertentu hingga kasus mereda. Selama masa ini, para siswa pun belajar secara online di rumah, Bunda.
Namun untuk proses belajar dan mengajar yang diganti menjadi e-learning dapat menjadi solusi yang dinilai tepat?
Hal tersebut menjadi pertanyaan bagi seluruh lembaga pendidikan di dunia. Karena, belajar dari rumah merupakan salah satu upaya yang baik untuk melindungi siswa dari virus. Namun, seberapa layakkah program e-learning ini bagi keluarga yang tidak mampu atau jauh dari koneksi internet?
Dilansir dari World of Buzz, bagi Heliyana, siswa SMK Tinggi Sarikei yang tinggal di daerah pedesaan Sarawak, Malaysia, dengan koneksi internet buruk tentu tidak dapat mendukung aktivitas belajar online-nya. Bahkan dia pun pernah terlihat duduk sambil memegang smartphone serta kertas untuk menyelesaikan ujiannya di bawah terik matahari.
Hal tersebut tidak hanya terjadi padanya satu orang, Bunda. Lebih dari 20 dari 850 siswa di sekolah tersebut mengalami kesulitan yang sama dalam proses belajar-mengajar, yakni konektivitas internet yang tidak mendukung, atau bahkan tidak memiliki smartphone. Sehingga harus bertukar soal ujian dan jawaban melalui pesan singkat (SMS).
Menurut kepala sekolahnya, e-learning memang tidak mudah diimplementasikan di daerah pedesaan mereka. "Beberapa anak dari keluarga miskin tidak memiliki smartphone, jadi mereka harus menggunakan ponsel orangtua mereka untuk belajar. Terkadang orang tua tidak meninggalkan ponselnya di rumah. Mereka hanya bisa mengerjakan PR di sore atau malam hari," katanya.
Namun meskipun dengan kondisi tersebut, nyatanya para siswa tetap rajin dan bekerja keras belajar, terlepas dari keadaan yang menghimpit mereka.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang
Sumber : Berbagai Sumber Media Online
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu kebijakan untuk mencegah penyebaran COVID-19 adalah dengan mengizinkan warganya bekerja atau belajar di rumah selama waktu tertentu hingga kasus mereda. Selama masa ini, para siswa pun belajar secara online di rumah, Bunda.
Namun untuk proses belajar dan mengajar yang diganti menjadi e-learning dapat menjadi solusi yang dinilai tepat?
Hal tersebut menjadi pertanyaan bagi seluruh lembaga pendidikan di dunia. Karena, belajar dari rumah merupakan salah satu upaya yang baik untuk melindungi siswa dari virus. Namun, seberapa layakkah program e-learning ini bagi keluarga yang tidak mampu atau jauh dari koneksi internet?
Dilansir dari World of Buzz, bagi Heliyana, siswa SMK Tinggi Sarikei yang tinggal di daerah pedesaan Sarawak, Malaysia, dengan koneksi internet buruk tentu tidak dapat mendukung aktivitas belajar online-nya. Bahkan dia pun pernah terlihat duduk sambil memegang smartphone serta kertas untuk menyelesaikan ujiannya di bawah terik matahari.
Hal tersebut tidak hanya terjadi padanya satu orang, Bunda. Lebih dari 20 dari 850 siswa di sekolah tersebut mengalami kesulitan yang sama dalam proses belajar-mengajar, yakni konektivitas internet yang tidak mendukung, atau bahkan tidak memiliki smartphone. Sehingga harus bertukar soal ujian dan jawaban melalui pesan singkat (SMS).
Menurut kepala sekolahnya, e-learning memang tidak mudah diimplementasikan di daerah pedesaan mereka. "Beberapa anak dari keluarga miskin tidak memiliki smartphone, jadi mereka harus menggunakan ponsel orangtua mereka untuk belajar. Terkadang orang tua tidak meninggalkan ponselnya di rumah. Mereka hanya bisa mengerjakan PR di sore atau malam hari," katanya.
Namun meskipun dengan kondisi tersebut, nyatanya para siswa tetap rajin dan bekerja keras belajar, terlepas dari keadaan yang menghimpit mereka.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang
Sumber : Berbagai Sumber Media Online